Rabu, 31 Desember 2008

Motif

Motif merupakan dorongan dalam diri manusia yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia tersebut.
Ada beberapa kriteria motif:
berikut ini adalah motif-motif yang timbul pada diri manusia ketika berkomunikasi:
1. motif informatif, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan hasrat untuk memenuhi kebutuhan akan ilmu pengetahuan
2. motif hiburan, yaitu hal-hal yang berkenaan untuk mendapatkan rasa senang
3. motif integrasi personal, merupakan motif-motif yang timbul akibat keinginan untuk memperteguh status, kredibilitas, rasa percaya diri, dll
4. motif integratif sosial, dimaksudkan untuk memperteguh kontak sosial dengan cara berinteraksi dengan keluarga, teman, orang lain
5. motif pelarian, merupakan motif pelepasan diri dari rutinitas, rasa bosan, atau ketika sedang sendiri

Pentingnya Mengetahui Motif dan Memberikan Motivasi Pada Peserta Didik Dalam Proses Belajar Mengajar

Banyak kita temukan pada peserta didik yang sangat giat sekali dalam belajar, hampir semua buku pelajaran yang dipelajari di sekolah atau di kampus dibacanya dan dikuasainya, sehingga ia diberi gelar kutu buku oleh teman-temannya dan lulus dengan hasil memuaskan. Dan sebaliknya ada pula peserta didik yang cara belajarnya tidak sungguh-sungguh, malas belajar, sehingga jarang mendapatkan nilai yang baik.
Dari kedua contoh diatas, terlihat bahwa tingkah laku belajar mereka berbeda dan diantaranya adalah motif yang ada dalam diri masing-masing. Menurut psikologi, bahwa motif berasal dari bahasa latin motivum atau movere yang berarti segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk berbuat atau bertindak melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.

Dalam setiap diri peserta didik pada umumnya mempunyai dua macam motif atau dorongan yaitu motif yang ada dalam diri kita atau peserta didik disebut dengan motif intrinsik dan motif yang datang dari luar disebut dengan motif ekstrinsik (extrinsic motive). Dan kedua motif ini dapat bekerja secara sadar (consciousness) dan tidak sadar (unconsciousness).
Sebagai contoh seorang peserta didik ketika mengerjakan soal ujian ia berusaha mencontek jawaban temannya atau dari buku.
Berdasarkan contoh diatas maka kita sebagai pengajar dapat mengetahui apa yang dilakukan peserta didik yaitu melihat kanan kiri (knowwhat) , bagaimana melakukannya yaitu berusaha agar tidak diketahui mencontek (knowhow) , dan mengapa ia melakukan yaitu berusaha untuk berhasil mendapat jawaban yang benar (knowwhy).

Motivasi (Motivation)

Memberikan Motivasi kepada peserta didik adalah salah satu tugas pengajar dalam proses belajar mengajar, selain menyampaikan materi dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam konsep pembelajaran motivasi berarti seni mendorong peserta didik untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa peserta didik yang datang ke sekolah atau ke kampus setiap hari, pada umumnya mempunyai latar belakang kejiwaan yang berbeda, diantaranya adalah ada yang hanya untuk memenuhi absen kelas, atau karena takut dimarahi orang tuanya, dan mungkin yang parah lagi adalah karena ingin bertemu dengan teman hanya untuk melepas kebosanan dirumah, sehingga minat belajarnya jadi berkurang. Dan semua itu adalah tanggung jawab kita sebagai sorang pengajar yang bukan hanya memberikan materi di kelas atau di lab, tetapi bagaimana bisa merubah latar belakang peserta didik datang ke sekolah atau ke kampus.

Dalam dunia pendidikan baik modern maupun tradisional, peran pengajar ikut menentukan OutPut atau hasil lulusan dari lembaga yang bersangkutan, Tetapi semua itu tergantung pada peserta didik yang mempunyai motif atau dorongan dari dalam diri masing-masing. Maka bagi pengajar peranan motivasi ini sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena dapat menimbulkan kemauan, memberi semangat, dan menimbulkan kesadaran untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Caranya adalah dengan memberi pujian, nasihat, memberikan pekerjaan rumah, mengerjakan tugas berkelompok, diskusi dan sebagainya.

Donald O. Hebb menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Drives and C.N.S. (Conceptual Nervous System) bahwa ada empat cara yang dapat dilakukan setiap pengajar untuk memotivasi peserta didiknya yaitu :

Arousal (membangkitkan minat melajar)

Seorang pengajar harus mampu membangkitkan motif intrinsik yang dimiliki peserta didik dengan berbagai cara termasuk melalui motif ekstrinsik. Misalnya dengan memberikan pekerjaan rumah yang secara tidak langsung peserta didik akan belajar dengan sendirinya. Timbulkanlah sikap ingin tahu (coriousity) peserta didik dalam kegiatan ilmiah, sehingga mereka terangsang untuk sadar belajar dan belajar.

Expectancy (memberikan dan menimbulkan harapan)

Expectancy adalah suatu keyakinan yang secara seketika timbul untuk terpenuhinya suatau harapan yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Pengajar yang arif dan bijaksana akan mampu memberikan harapan akan berhasil kepda peserta didiknya yang bodoh dalam kegiatan belajar, yaitu dengan mengatakan : "sebenarnya dalam pandangan bapak, kamu tidaklah bodoh, tinggal usahamu yang harus lebih serius dan sungguh-sungguh. Jika kamu lebih bersungguh-sungguh, bapak percaya dan yakin kamu bisa seperti temanmu yang lain." Ungkapan tersebut dapat menjadi pemicu ia akan lebih rajin dan sungguh-sungguh dalam belajar.

Tapi sebaliknya jika kita mengatakan : "Kalau begini caramu belajar, saya yakin kamu tahun depan akan tinggal kelas." Bagi murid yang lemah mentalnya, kata-kata demikian akan mematikan gairah belajarnya.

Incentives (dorongan semangat atau memberikan sesuatu)

Incentive adalah memberikan dorongan semangat atau sesuatu sebagai penghargaan kepada peserta didik. Insentif mengandung dua unsur positif dan negatif. Unsur positifnya adalah insentif bagi sebagian peserta didik dapat memacu untuk giat dalam belajar dan melakukan kompetisi dengan sesamany. Dan unsur negatifnya adalah insentif dapat pula melemahkan semangat sebagian peserta didik yang secara nyata berada dibawah rata-rata,
karena pada awlnya telah terjadi dalam dirinya rasa putus asa dan pasti kalah dari teman-temannya, dan tidak berusaha berbuat lebih aktif.
Untuk mengatasi keadaan belajar yang bersifat dua bentuk ini, maka insentif yang diberikan tidak selalu dalam bentuk materi, tapi dapat berupa kata-kata yang menyejukkan, sentuhan berupa gosokan tangan guru atau pengajar di punggung peserta didik yang lemah dalam belajar (underachiever), senyuman yang dapat mendrong dan menjadikannya sebagai motivasi.

Punishment (hukuman)

Ricard L. Solomon dalam bukunya Punishment (1964) mendefinisikan punishment adalah perangsang yang menyebabkan peserta didik atau seseorang menghindarkan diri darinya atau menjauhinya. Menurut Solomon, bahwa pengaruh hukuman besar sekali terhadap sikap belajar peserta didik, karena umumnya mereka akan berupaya tidak memperoleh hukuman bila hasil belajarnya tidak baik. Secara psikologi semua manusia tidak senang dan menghindarkan diri dari hukuman.
Yang penting adalah hindari memberikan hukuman yang dapat membuat peserta didik cedera. Oleh karena itu hukuman fisik dianjurkan untuk tidak dilakukan, karena dapat merugikan kedua belah pihak, yaitu guru atau pengajar sebagai pemberi hukuman dan peserta didik sebagai penerima hukuman. Kelemahan hukuman antara lain adalah dapat menyebabkan peserta didik yang kurang percaya diri akan menjadi penakut, waswas, malu, merasa rendah dri atau bahkan mungkin yang berbakat nakal akan bertambah naka, karena peserta didik tersebut merasa menjadi kambing hitamdalam kelas. Maka hukuman diberikan jika tidak ada jalan lain lagi yang tepat ditempuh dan telah dipertimbangkan dengan masak-masak.

Secara umum dapat dikatakan, bahwa arousal dapat menghasilkan kegiatan belajar yang diinginkan. Harapan (expectancy) yang wajar ini tentu memerlukan perangsang dari guru atau pengajar dengan berbagai informasi dan contoh-contoh yang diambil dari kenyataan empiri, terutama dari orang-orang sukses. Dorongan (incentives) dengan berbagai cara sangat membantu mendorong peserta didik untuk belajar lebih giat, insentif yang diberikan tidak harus dalam bentuk materi, tapi yang lebig efektif adalah berbentuk motivasi psikis, suri tauladan dan contoh-contoh yang bersifat fungsional. Demikian pula halnya dengan hukuman (punishment) tidak selalu dalam bentuk hukuman fisik atau memberi tugas tambahan yang lebih berat tapi dapat berupa tatapan mata, kerlingan mata, gerakan tangan yang mengisyaratkan bahwa suatu perbuatan yang dilakukan tidak benar.

Semua jenis motivasi yang dikemukakan di atas bertujuan untuk meningkatkan kualitas belajar peserta didik untuk mencapai tujuan akhir belajar, yaitu semua ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan kepada mereka akhirnya menjadi milik mereka atau menjadi kebutuhan bagi mereka untuk menambah, mengayakan dan melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi.

Dari semua penjelasan diatas baik motif maupun motivasi, kita sebagai guru atau pengajar bisa mengetahui apa motif peserta didik datang ke sekolah atau ke kampus, apakah memang benar-benar untuk belajar atau yang lainnya. Maka kita sudah tahu bagaimana harus memberikan motivasi kepada peserta didik sesuai dengan yang dijelaskan sebelumnya atau mungkin ada cara lain yang cocok untuk memotivasi peserta didik.

Motif merupakan dorongan dalam diri manusia yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia tersebut.
Ada beberapa kriteria motif:
berikut ini adalah motif-motif yang timbul pada diri manusia ketika berkomunikasi:
1. motif informatif, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan hasrat untuk memenuhi kebutuhan akan ilmu pengetahuan
2. motif hiburan, yaitu hal-hal yang berkenaan untuk mendapatkan rasa senang
3. motif integrasi personal, merupakan motif-motif yang timbul akibat keinginan untuk memperteguh status, kredibilitas, rasa percaya diri, dll
4. motif integratif sosial, dimaksudkan untuk memperteguh kontak sosial dengan cara berinteraksi dengan keluarga, teman, orang lain
5. motif pelarian, merupakan motif pelepasan diri dari rutinitas, rasa bosan, atau ketika sedang sendiri

Pentingnya Mengetahui Motif dan Memberikan Motivasi Pada Peserta Didik Dalam Proses Belajar Mengajar

Banyak kita temukan pada peserta didik yang sangat giat sekali dalam belajar, hampir semua buku pelajaran yang dipelajari di sekolah atau di kampus dibacanya dan dikuasainya, sehingga ia diberi gelar kutu buku oleh teman-temannya dan lulus dengan hasil memuaskan. Dan sebaliknya ada pula peserta didik yang cara belajarnya tidak sungguh-sungguh, malas belajar, sehingga jarang mendapatkan nilai yang baik.
Dari kedua contoh diatas, terlihat bahwa tingkah laku belajar mereka berbeda dan diantaranya adalah motif yang ada dalam diri masing-masing. Menurut psikologi, bahwa motif berasal dari bahasa latin motivum atau movere yang berarti segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk berbuat atau bertindak melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.

Dalam setiap diri peserta didik pada umumnya mempunyai dua macam motif atau dorongan yaitu motif yang ada dalam diri kita atau peserta didik disebut dengan motif intrinsik dan motif yang datang dari luar disebut dengan motif ekstrinsik (extrinsic motive). Dan kedua motif ini dapat bekerja secara sadar (consciousness) dan tidak sadar (unconsciousness).
Sebagai contoh seorang peserta didik ketika mengerjakan soal ujian ia berusaha mencontek jawaban temannya atau dari buku.
Berdasarkan contoh diatas maka kita sebagai pengajar dapat mengetahui apa yang dilakukan peserta didik yaitu melihat kanan kiri (knowwhat) , bagaimana melakukannya yaitu berusaha agar tidak diketahui mencontek (knowhow) , dan mengapa ia melakukan yaitu berusaha untuk berhasil mendapat jawaban yang benar (knowwhy).

Motivasi (Motivation)

Memberikan Motivasi kepada peserta didik adalah salah satu tugas pengajar dalam proses belajar mengajar, selain menyampaikan materi dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam konsep pembelajaran motivasi berarti seni mendorong peserta didik untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa peserta didik yang datang ke sekolah atau ke kampus setiap hari, pada umumnya mempunyai latar belakang kejiwaan yang berbeda, diantaranya adalah ada yang hanya untuk memenuhi absen kelas, atau karena takut dimarahi orang tuanya, dan mungkin yang parah lagi adalah karena ingin bertemu dengan teman hanya untuk melepas kebosanan dirumah, sehingga minat belajarnya jadi berkurang. Dan semua itu adalah tanggung jawab kita sebagai sorang pengajar yang bukan hanya memberikan materi di kelas atau di lab, tetapi bagaimana bisa merubah latar belakang peserta didik datang ke sekolah atau ke kampus.

Dalam dunia pendidikan baik modern maupun tradisional, peran pengajar ikut menentukan OutPut atau hasil lulusan dari lembaga yang bersangkutan, Tetapi semua itu tergantung pada peserta didik yang mempunyai motif atau dorongan dari dalam diri masing-masing. Maka bagi pengajar peranan motivasi ini sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena dapat menimbulkan kemauan, memberi semangat, dan menimbulkan kesadaran untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Caranya adalah dengan memberi pujian, nasihat, memberikan pekerjaan rumah, mengerjakan tugas berkelompok, diskusi dan sebagainya.

Donald O. Hebb menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Drives and C.N.S. (Conceptual Nervous System) bahwa ada empat cara yang dapat dilakukan setiap pengajar untuk memotivasi peserta didiknya yaitu :

Arousal (membangkitkan minat melajar)

Seorang pengajar harus mampu membangkitkan motif intrinsik yang dimiliki peserta didik dengan berbagai cara termasuk melalui motif ekstrinsik. Misalnya dengan memberikan pekerjaan rumah yang secara tidak langsung peserta didik akan belajar dengan sendirinya. Timbulkanlah sikap ingin tahu (coriousity) peserta didik dalam kegiatan ilmiah, sehingga mereka terangsang untuk sadar belajar dan belajar.

Expectancy (memberikan dan menimbulkan harapan)

Expectancy adalah suatu keyakinan yang secara seketika timbul untuk terpenuhinya suatau harapan yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Pengajar yang arif dan bijaksana akan mampu memberikan harapan akan berhasil kepda peserta didiknya yang bodoh dalam kegiatan belajar, yaitu dengan mengatakan : "sebenarnya dalam pandangan bapak, kamu tidaklah bodoh, tinggal usahamu yang harus lebih serius dan sungguh-sungguh. Jika kamu lebih bersungguh-sungguh, bapak percaya dan yakin kamu bisa seperti temanmu yang lain." Ungkapan tersebut dapat menjadi pemicu ia akan lebih rajin dan sungguh-sungguh dalam belajar.

Tapi sebaliknya jika kita mengatakan : "Kalau begini caramu belajar, saya yakin kamu tahun depan akan tinggal kelas." Bagi murid yang lemah mentalnya, kata-kata demikian akan mematikan gairah belajarnya.

Incentives (dorongan semangat atau memberikan sesuatu)

Incentive adalah memberikan dorongan semangat atau sesuatu sebagai penghargaan kepada peserta didik. Insentif mengandung dua unsur positif dan negatif. Unsur positifnya adalah insentif bagi sebagian peserta didik dapat memacu untuk giat dalam belajar dan melakukan kompetisi dengan sesamany. Dan unsur negatifnya adalah insentif dapat pula melemahkan semangat sebagian peserta didik yang secara nyata berada dibawah rata-rata,
karena pada awlnya telah terjadi dalam dirinya rasa putus asa dan pasti kalah dari teman-temannya, dan tidak berusaha berbuat lebih aktif.
Untuk mengatasi keadaan belajar yang bersifat dua bentuk ini, maka insentif yang diberikan tidak selalu dalam bentuk materi, tapi dapat berupa kata-kata yang menyejukkan, sentuhan berupa gosokan tangan guru atau pengajar di punggung peserta didik yang lemah dalam belajar (underachiever), senyuman yang dapat mendrong dan menjadikannya sebagai motivasi.

Punishment (hukuman)

Ricard L. Solomon dalam bukunya Punishment (1964) mendefinisikan punishment adalah perangsang yang menyebabkan peserta didik atau seseorang menghindarkan diri darinya atau menjauhinya. Menurut Solomon, bahwa pengaruh hukuman besar sekali terhadap sikap belajar peserta didik, karena umumnya mereka akan berupaya tidak memperoleh hukuman bila hasil belajarnya tidak baik. Secara psikologi semua manusia tidak senang dan menghindarkan diri dari hukuman.
Yang penting adalah hindari memberikan hukuman yang dapat membuat peserta didik cedera. Oleh karena itu hukuman fisik dianjurkan untuk tidak dilakukan, karena dapat merugikan kedua belah pihak, yaitu guru atau pengajar sebagai pemberi hukuman dan peserta didik sebagai penerima hukuman. Kelemahan hukuman antara lain adalah dapat menyebabkan peserta didik yang kurang percaya diri akan menjadi penakut, waswas, malu, merasa rendah dri atau bahkan mungkin yang berbakat nakal akan bertambah naka, karena peserta didik tersebut merasa menjadi kambing hitamdalam kelas. Maka hukuman diberikan jika tidak ada jalan lain lagi yang tepat ditempuh dan telah dipertimbangkan dengan masak-masak.

Secara umum dapat dikatakan, bahwa arousal dapat menghasilkan kegiatan belajar yang diinginkan. Harapan (expectancy) yang wajar ini tentu memerlukan perangsang dari guru atau pengajar dengan berbagai informasi dan contoh-contoh yang diambil dari kenyataan empiri, terutama dari orang-orang sukses. Dorongan (incentives) dengan berbagai cara sangat membantu mendorong peserta didik untuk belajar lebih giat, insentif yang diberikan tidak harus dalam bentuk materi, tapi yang lebig efektif adalah berbentuk motivasi psikis, suri tauladan dan contoh-contoh yang bersifat fungsional. Demikian pula halnya dengan hukuman (punishment) tidak selalu dalam bentuk hukuman fisik atau memberi tugas tambahan yang lebih berat tapi dapat berupa tatapan mata, kerlingan mata, gerakan tangan yang mengisyaratkan bahwa suatu perbuatan yang dilakukan tidak benar.

Semua jenis motivasi yang dikemukakan di atas bertujuan untuk meningkatkan kualitas belajar peserta didik untuk mencapai tujuan akhir belajar, yaitu semua ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan kepada mereka akhirnya menjadi milik mereka atau menjadi kebutuhan bagi mereka untuk menambah, mengayakan dan melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi.

Dari semua penjelasan diatas baik motif maupun motivasi, kita sebagai guru atau pengajar bisa mengetahui apa motif peserta didik datang ke sekolah atau ke kampus, apakah memang benar-benar untuk belajar atau yang lainnya. Maka kita sudah tahu bagaimana harus memberikan motivasi kepada peserta didik sesuai dengan yang dijelaskan sebelumnya atau mungkin ada cara lain yang cocok untuk memotivasi peserta didik.

Read More......

Tidak ada komentar: