Sabtu, 10 Januari 2009

Lentera Di Hati Yang Bening


Di dalam diri manusia ada segumpal darah yang sangat berpotensi menentukan jati diri manusia itu sendiri. Jika ia jernih, ia akan memandu lisan untuk berucap dengan butiran-butiran kata yang lembut. Jika ia keruh, ia akan memaksa lisan untuk mengeluarkan kata-kata terburuk yang dia miliki. Dia adalah qolb (hati). Hati adalah anugerah yang sangat besar bagi manusia. Dengannya manusia dapat menyingkap kebesaran Ilahi, mengenal-Nya, berkomunikasi dengan-Nya, dan mengetahui sejatinya hidup di dunia dan di akhirat nanti. Dengannya manusia dapat bermesraan dengan Rabbnya, walaupun kedua mata tidak sanggup untuk melihat-Nya, telinga tidak kuasa untuk mendengar bisikkan-Nya, dan akal tidak berdaya untuk meraih wujud kebesaran-Nya.

Di dalam hati inilah pusat kebahagiaan seseorang. Di dalam hati ini pula sumber kesengsaraan. Hati merupakan tombol pengontrol seseorang. Hati adalah pangkal kehidupan. Keserakahan, tamak, dan rakus muncul dari hatinya. Qona’ah, syukur, dan merasa cukup atas rizki yang diberikan oleh Allah bersumber dari hatinya. Bahagia atau sedih, serakah atau qona’ah, santun atau kasar, kaya atau miskin, mulia atau hina, dan takabbur atau tawadlu’ bukan tergantung pada materi dan bentuk fisik, namun akan sangat tergantung pada seberapa terawat dan tertata hatinya. Karena itu, qolb dapat menyelamatkan dan juga dapat mencelakakan. Qolb yang kotor akan melahirkan prilaku kotor. Qolb yang suci akan membimbing pada prilaku shaleh.
Pada hari perhitungan amal, qolb akan menjasi saksi di hadapan Allah. Dia akan mengatakan sejatinya perbuatan yang selama ini kita lakukan. Dia dapat menyelamatkan dari azab Allah dan juga bisa mencelakakan seseorang ke dalam neraka jahim. Hati yang terawat senantiasa mengkomandoi tubuh untuk gemar beramal shaleh. Hati yang kusut masai, menjadi sumber malaptaka bagi pemiliknya. Hati seorang hamba yang bening dan jernihlah yang nanti akan menempati surga Allah yang penuh kenikmatan. Hati orang yang semrawut dan kotor yang akan mendiami neraka Allah yang penuh azab yang pedih.

Sering kita mendengar bahwa qolb seperti cermin. Kita harus rajin dan tekun untuk membersihkannya, agar ia tetap bersih, jernih, dan terang. Hanya dengan kejernihan hati, kebahagiaan dunia dan akhirat dapat diraih. Orang yang lalai membersihkannya dari noda-noda hitam, dia akan menemui kegalauan dan kerisauan hidup di dunia dan di akhirat. Ingatlah, bahwa qolb merupakan amanah yang dipikulkan di atas pundak kita yang harus dijaga dan dirawat dengan sebaik-baiknya. Kita tidak bisa menata dan merawat hati, kecuali mendapatkan pertolongan dari Allah. Allah akan membuka pintu rahmat-Nya bagi hamba yang tekun memohon, agar hatinya tetap bening.
Jika kita perhatikan, puncak prestasi dan kesuksesan hidup selalu diraih oleh orang-orang yang berhati bersih dan bening. Memang kesuksesan dan kemulyaan hanya milik hamba yang berhati jernih. Betapa indahnya hidup berbijak pada kebeningan hati. Tentram, damai, sejahtera, bahagia, dan lapang menghiasi hidup menuju keridlaan Ilahi Rabbi.

Betapa bahagianya orang yang memiliki hati yang tertata dan terplihara dengan sebaik-baiknya. Bagaikan taman berbunga yang indah. Pemiliknya mampu merawatnya dengan penuh kesabaran. Untuk mendapatkan keindahan apapun dia lakukan. Seni penanamannya tertata rapih. Tata letak dan desain warna bunga tampak begitu berkombinasi secara elok. Dipilihnya jenis dan warna bunga yang memiliki warna terindah dan menebarkan bau harum ke segala penjuru taman. Rumput liar dia cabuti, ranting-ranting kering dipetiknya, hama dan penyakit dia musnahkan, dan tidak lupa pula dia sirami setiap hari. Sehingga, tanah selalu gembur, bunga-bunga tumbuh dengan suburnya. Daun-daunnya terlihat menghijau. Sungguh indah pemandangannya. Tiap kali orang melewatinya akan terhenti untuk menikmat keindahannya. Begitu juga dengan hati yang pemiliknya rajin merawatnya, sikap dan prilakunya akan terlihat indah.
Orang yang berhasil menata dan merawat hatinya dengan baik, berarti dia telah berhasil menemukan jalan menuju kebaikan. Dia memiliki kegigihan dan keteguhan hidup yang tidak dapat digoyahkan oleh rayuan apapun. Gemerlapnya perhiasan dunia tidak menjadikan dia surut untuk beribadah. Gelar dan jabatan tidak menyebabkan dia bersikap angkuh dan sombong serta berbuat semena-mena terhadap bawahannya. Kakinya ringan melangkah menuju kebajikan, berat melangkah menuju kemaksiatan. Dua matanya terfokus pada kebesaran dan keagungan Allah, terpejam dari pandangan seronok. Tangannya ringan untuk mensedekahkan sebagian harta yang dititipkan kepadanya. Dititinya tahapan kebajikan untuk mengais rahmat Allah. Hatinya selalu terpikat dan memendam rasa rindu ingin bertemu Allah. Kecintaan dan kerinduan kepada-Nya mengundang dirinya untuk rajin beramal shaleh. Ibadah dilakukan dengan khusyu’. Hatinya bergetar dikala mendengar asma Allah dilantunkan. Sementara itu, dia akan berusaha mati-matian untuk menepis riya, dengki, ujub, takabbur, dan sifa-sifat tercela lainnya bersarang di dalam hatinya. Sungguh beruntung orang yang memiliki hati yang bersih.


“Ya Tuhan kami, Jangan Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi”. (QS. Ali Imran: 8 )

Rasa syukur tiada terkirakan bahwa kita ditaqdirkan menjadi makhluk yang termulia dibandingkan dengan makhluk yang lainnya. Kemulyaan itu terletak pada beningnya hati nurani dan bersihnya akal untuk mengenal Allah Azza waJallah. Dilengkapinya manusia dengan akal agar dapat befikir akan kebesaran Rabbul ‘Izzati, dilengkapi dengan hati nurani yang jernih supaya peka terhadap keagungan Ilahi Rabbi, dan dilengkapi dengan nafsu agar manusia mampu mensyukuri karunianya ini.
Hati merupakan lentera kehidupan. Jika padam, maka tersesatlah dia. Jika cahayanya memancar terang, maka terang pula kehidupannya. Hati adalah generator yang menghasilkan listrik. Dengan listrik itulah muncul berbagai energi, seperti energi panas, energi gerak, energi dingin, energi suara, dan lain sebagainya. Hati adalah komandan anggota tubuh ini. Gerakan tubuh adalah cerminan hati. Jika baik hatinya, baik pula amalnya. Jika busuk hatinya, maka terpancar dalam prilaku tercela.
Orang yang benar-benar hatinya bersih dan berfungsi dengan baik, maka dia akan mengenali dirinya. Siapakah sejati dirinya, yang pada gilirannya dia akan mengenali Tuhannya. Karena siapa yang berhasil mengenali dirinya, maka dia akan berhasil mengenali Tuhannya. Tidak ada karunia terbesar selain hatinya peka untuk mengenali keagungan Tuhannya. Orang yang dapat mengenali diri dan Tuhannya, dia akan mengetahui bagaimana menyikapi hidup dan merasakan indahnya kehidupan. Hidup terasa berharga dan bernilai di mata Allah SWT. Dia selalu puas dengan karunia yang ada padanya. Dengan harta lebih, dia bangga jika mampu bersedekah dan berbagi dengan sesama yang kekurangan. Sedikit harta tidak membuatnya risau menjalani hidup. Yang membuatnya risau adalah dengan banyak waktu, tenaga kuat, harta melimpah, tetapi miskin amal shaleh. Orang yang telah mengenali diri dan Tuhannya adalah orang yang cukup waktu untuk terus mengingat Allah SWT dan terus melakukan renungan-renungan diri serta terus berikhtiyar sebaik mungkin dalam beramal shaleh.
Sebaliknya, orang-orang yang sepanjang hidupnya tidak mampu mengenali dirinya dengan baik, dia buta bagaimana menyikapi hidup yang sebenarnya. Dia tidak mengetahui sejati Tuhannya. Orang yang demikian itu hampir sudah dipastikan yang dia ketahui hanyalah gemerlapnya dunia. Dan hidupnya dia curahkan bagaimana meraup keuntungan dunia yang sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan bagaimana nasibnya sesudah mati. Sehingga semua motivasi hidupnya hanya diukur dengan perhiasan duniawi. Dia tidak perduli dengan tangisan janda-janda tua dan anak-anak yatim. Dia tidak ambil pusing dengan telanjangnya para du’afa’. Yang terpenting baginya adalah bagaimana semua hajat dan hasratnya terpuaskan di atas linangan air mata saudaranya. Dia segan dan menaruh hormat terhadap orang semata-mata karena kedudukan, jabatan, dan hartanya. Dia pun merasa terhormat dan mulia di mata orang karena dia merasa memiliki kelebihan harta dibandingkan dengan orang lain. Dia memandang orang lain dengan sebelah mata. Untuk memperoleh harta yang diidam-idamkan itu dia tidak memperdulikan dari mana dia memperolehnya, yang penting adalah hasratnya terpuaskan. Inilah pertanda hatinya buta. Bagi orang yang buta sejuta pelita pun tiada guna. Indah bagi orang, buruk baginya. Terang bagi orang, gelap bagi dia. Dia tidak senang melihat saudaranya mendapat kenikmatan. Dia tertawa kalau ada saudaranya kesusahan. Dia menyusuri hidup hanya meraba-raba. Hanya nafsu yang tidak terbendung yang menjadi penunjuk jalan hidupnya. Sungguh rugi dan sia-sia hidupnya.
Hati bagaikan taman. Taman akan indah jika pemiliknya menanami dengan aneka warna-warni bunga. Dia rawat taman itu dengan menyiraminya setiap hari. Dia cabuti rumput-ilalang yang dapat merusak dan mengurangi keindahan tamannya. Diapun merasa betah berlama-lama menikmati keindahan taman itu. Bahkan orang yang kebetulan melintasinya akan berhenti sejenak untuk menikmati keindahannya. Demikianlah, seseorang yang getol selaki didalam merawat hatinya, agar dia mengenali diri dan Tuhannya. Dia tanami hatinya dengan bunga keikhlasan, tawadhu’, santun, arif, kelembutan, kejujuran, malu dan sifat terpuji lainnya. Dia cabut kesyirikan, riya’, ujub, takabur, buruk sangka, dengki, iri hati, dendam dan lain sebagainya. Jikalau hatinya indah, maka akan muncul untaian kata-kata yang menyejukan hati. Jika hatinya indah, maka akan muncul prilaku yang mempesona. Buah dari keindahan hati akan tercermin dalam prilakunya mulia dalam mengisi hidup di dunia ini. Ingatlah bahwa Allah SWT sangat mengetahui lintasan hati ini. Sejatinya Dia melihat kita bukan kepada keelokan wajah kita, kesempurnaan tubuh kita, dan kekayaan harta kita, tetapi yang Dia lihat adalah hati kita. Jagalah dan rawatlah hati ini. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya tidak bakal melihat, pada rupamu, pada jasadmu ,dan pada harta bendamu, tetapi Dia bakal melihat pada hatimu dan amal perbuatanmu”. (HR. Tabrani).

Hati terus berubah-ubah. Terkadang bening, terkadang hitam. Terkadang hidup dan memancarkan sikap kearifan, terkadang muncul rupa menakutkan. Terkadang hidup, terkadang mati. Terkadang lapang dan puas, terkadang sesak-sempit dan gelisah. Terkadang qona’ah, terkadang serakah. Memang hati membutuhkan perawatan intensif. Sekali kita lengah merawat dan memanjakan hati, akibatnya bisa dilihat dalam prilaku terburuk yang tidak pernah dijumpai sebelumnya. Seorang kakek memperkosa anak di bawah umur. Seorang anak membunuh ibu kandungnya dengan keji. Penguasa mendzolimi dan merampas kesejahteraan rakyatnya. Penegak hukum membuat peraturan dan dilanggar sendiri. Banyak anak durhaka kepada orang tuanya. Kemaksiatan dicegah tak tercegah. Kedurhakaan dilarang tak terlarang. Pertikaian, perselisihan, penipuan, dan penggelapan terjadi di mana-mana. Semua masing-masing mementingkan pemenuhan nafsu belaka. Kerusakan dan bencana menerpa kaum yang durjana. Itu semua akibat hati yang tidak terawat dengan baik. Hati yang kotor akan menebarkan bangkai-bangkai berserakan. Bau busuknya menjadi bencana bagi umat manusia. Dia himpun kotor yang berserakan sehingga dia menjadi orang yang terkotor dengan perbuatan aibnya.
Aneh sekali, betapa bingungnya manusia jika listrik padam. Lebih bingung lagi jika padamnya itu lama sampai berjam-jam, berhari-hari, bahkan berminggu-minggu. Tetapi mengapa jarang sekali ada orang yang kebingungan ketika hatinya padam, gelap, kelam, dan mengeras. Lebih aneh lagi, banyak orang yang betah hidup dalam kegelapan, padahal dia hanya bisa meraba-raba dengan acap kali tersandung dan terjatuh. AA Gym - mudah-mudahan Allah merahmatinya - mengibaratkan hati yang kotor dengan kopi yang kental. Dia berkata: “Hatinya laksana kopi yang kental di dalam gelas yang kotor. Kendati diterangi dengan cahaya sekuat apapun, sinarnya tidak akan bisa menembus dan menerangi isi gelas”. Begitulah kalau seseorang hidupnya sudah terbalut harta haram dan gemar maksiat. Keadaan ini dilalui sampai ajal menjemput nyawa tanpa membawa bekal apa-apa. Ketika dia dibungkus kain kafan, lalu dimasukkan ke dalam keranda jenazah, kemudian diletakkan diliang kubur, kemudian dipendam sendirian baru dia merasakan penyesalan yang tiada arti. Kini dia merasakan kegelapan yang berkepanjangan akibat hatinya dibiarkan gelap dan padam. Jika kita merasa hati ini telah padam, maka segera carilah pelita yang dapat menyinari hati. Lakukan renungan, introspeksi diri, evaluasi dan temukan solusinya, kemudian lakukan langkah-langkah kongkrit untuk memperbaikinya, agar hati kita tetap hidup memancarkah pelita terang yang dapat menyinari hidup kita.

Salah satu upaya kita untuk merawat hati dengan memenuhi kebutuhannya seperti kita memenuhi kebutuhan jasmani kita. Caranya tambatkan hati sepenuhnya kepada Sang Pengatur dan Pencipta alam semesta. Bertaubat dari segala prilaku dosa. Tubuh terus beraktivitas dengan urusan dunia dan hati terpaut untuk sibuk dengan Allah SWT penggenggam dunia. Ini yang seharusnya dilakukan. Kita tingkatkan kewaspadaan agar hati ini tidak berpaling dari Allah SWT. Kita lepaskan balutan harta haram dari pekerjaan kita. Kita tanggalkan perbuatan dosa dari prilaku kita. Kita hiasi lisan ini basah dengan sibuk membaca kalam Allah dan dzikir kepadaNya. Kita sedikitkan tidur dan untuk tegak qiyamul laill di tengah-tengah orang-orang terlena dalam mimpinya. Kita kecilkan perut buncit kita dengan puasa. Kita dekati mereka yang telah menjadi kekasih Allah SWT. Karena, ketentraman dan kedamaian hanya milik orang yang bergantung kepada Allah Ilahi Rabbi. Kecemasan, kegelisahan, kesedihan, keletihan, kejenuhan, ketakutan, kerisauan, dan kehancuran hanya akan dimiliki orang yang hatinya terpaut pada selain Allah SWT.
Yakinlah bahwa semua ini Allah-lah Penciptanya. Dari-Nya semua berasal dan kepada-Nya akan kembali. Lakukan semua akivitas dan ibadah sebaik mungkin karena Allah bersama kita. Allah akan menyertai hamba yang mengingat-Nya. Awali motivasi amal kita dengan niat karena-Nya. Realisasikan amal itu dengan tulus ikhlas karena-Nya seakan-akan anda melihat-Nya sedang mengawasi. Tetapkan tujuan dari semua yang kita lakukan hanya mengharap keridlaan Allah SWT. Insya Allah akan berakhir dengan membawa kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Amin.
Ajak diri merenung….

Abu Bakar Ash Shiddiq ra pernah berkat:
“Kegelapan ada lima,
dan pelitanya juga ada lima.
Cinta dunia itu kegelapan, pelitanya adalah taqwa.
Dosa itu kegelapan, pelitanya adalah taubat.
Kubur itu kegelapan, pelitanya
laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah.
Akhirat itu kegelapan, pelitanya adalah amal shaleh.
Dan shirat (jembata) itu kegelapan,
pelitanya adalah iman.”
( Nasehat Bagi Hamba, h.110 )
Ajak diri berdo’a….
“Rabb,
ampuni aku dan ampuni semua hamba-Mu
yang beriman dan beramal shaleh.
Jangan biarkan hati kami padam sebab kelalaian kami,
jangan biarkan hati kami terpaut kepada selain Engkau,
Perkenankan hati kami bergantung hanya kepada Keangungan-Mu.
Kami tak kuasa membendung diri dari kemaksiatan dan dosa.
Rabb, jangan biarkan kami memakan apa yang bukan makanan kami,
jangan biarkan kami mengambil apa yang bukan hak kami,
terangilah hati ini dengan pelita keridhaan-Mu,
hiasilah hati kami dengan sifat kemuliaan-Mu.
Rabb, Penolong hamba yang merana,
lepaskan belenggu kesedihan dan duca cita kami;
Pengampun hamba yang bersalah dan durhaka,
ampuni dosa kami dan terimalah taubat kami;
Engkaulah Zat Penyayang dan Pengasih,
terimalah do’a kami.
Amin.


Di dalam diri manusia ada segumpal darah yang sangat berpotensi menentukan jati diri manusia itu sendiri. Jika ia jernih, ia akan memandu lisan untuk berucap dengan butiran-butiran kata yang lembut. Jika ia keruh, ia akan memaksa lisan untuk mengeluarkan kata-kata terburuk yang dia miliki. Dia adalah qolb (hati). Hati adalah anugerah yang sangat besar bagi manusia. Dengannya manusia dapat menyingkap kebesaran Ilahi, mengenal-Nya, berkomunikasi dengan-Nya, dan mengetahui sejatinya hidup di dunia dan di akhirat nanti. Dengannya manusia dapat bermesraan dengan Rabbnya, walaupun kedua mata tidak sanggup untuk melihat-Nya, telinga tidak kuasa untuk mendengar bisikkan-Nya, dan akal tidak berdaya untuk meraih wujud kebesaran-Nya.

Di dalam hati inilah pusat kebahagiaan seseorang. Di dalam hati ini pula sumber kesengsaraan. Hati merupakan tombol pengontrol seseorang. Hati adalah pangkal kehidupan. Keserakahan, tamak, dan rakus muncul dari hatinya. Qona’ah, syukur, dan merasa cukup atas rizki yang diberikan oleh Allah bersumber dari hatinya. Bahagia atau sedih, serakah atau qona’ah, santun atau kasar, kaya atau miskin, mulia atau hina, dan takabbur atau tawadlu’ bukan tergantung pada materi dan bentuk fisik, namun akan sangat tergantung pada seberapa terawat dan tertata hatinya. Karena itu, qolb dapat menyelamatkan dan juga dapat mencelakakan. Qolb yang kotor akan melahirkan prilaku kotor. Qolb yang suci akan membimbing pada prilaku shaleh.
Pada hari perhitungan amal, qolb akan menjasi saksi di hadapan Allah. Dia akan mengatakan sejatinya perbuatan yang selama ini kita lakukan. Dia dapat menyelamatkan dari azab Allah dan juga bisa mencelakakan seseorang ke dalam neraka jahim. Hati yang terawat senantiasa mengkomandoi tubuh untuk gemar beramal shaleh. Hati yang kusut masai, menjadi sumber malaptaka bagi pemiliknya. Hati seorang hamba yang bening dan jernihlah yang nanti akan menempati surga Allah yang penuh kenikmatan. Hati orang yang semrawut dan kotor yang akan mendiami neraka Allah yang penuh azab yang pedih.

Sering kita mendengar bahwa qolb seperti cermin. Kita harus rajin dan tekun untuk membersihkannya, agar ia tetap bersih, jernih, dan terang. Hanya dengan kejernihan hati, kebahagiaan dunia dan akhirat dapat diraih. Orang yang lalai membersihkannya dari noda-noda hitam, dia akan menemui kegalauan dan kerisauan hidup di dunia dan di akhirat. Ingatlah, bahwa qolb merupakan amanah yang dipikulkan di atas pundak kita yang harus dijaga dan dirawat dengan sebaik-baiknya. Kita tidak bisa menata dan merawat hati, kecuali mendapatkan pertolongan dari Allah. Allah akan membuka pintu rahmat-Nya bagi hamba yang tekun memohon, agar hatinya tetap bening.
Jika kita perhatikan, puncak prestasi dan kesuksesan hidup selalu diraih oleh orang-orang yang berhati bersih dan bening. Memang kesuksesan dan kemulyaan hanya milik hamba yang berhati jernih. Betapa indahnya hidup berbijak pada kebeningan hati. Tentram, damai, sejahtera, bahagia, dan lapang menghiasi hidup menuju keridlaan Ilahi Rabbi.

Betapa bahagianya orang yang memiliki hati yang tertata dan terplihara dengan sebaik-baiknya. Bagaikan taman berbunga yang indah. Pemiliknya mampu merawatnya dengan penuh kesabaran. Untuk mendapatkan keindahan apapun dia lakukan. Seni penanamannya tertata rapih. Tata letak dan desain warna bunga tampak begitu berkombinasi secara elok. Dipilihnya jenis dan warna bunga yang memiliki warna terindah dan menebarkan bau harum ke segala penjuru taman. Rumput liar dia cabuti, ranting-ranting kering dipetiknya, hama dan penyakit dia musnahkan, dan tidak lupa pula dia sirami setiap hari. Sehingga, tanah selalu gembur, bunga-bunga tumbuh dengan suburnya. Daun-daunnya terlihat menghijau. Sungguh indah pemandangannya. Tiap kali orang melewatinya akan terhenti untuk menikmat keindahannya. Begitu juga dengan hati yang pemiliknya rajin merawatnya, sikap dan prilakunya akan terlihat indah.
Orang yang berhasil menata dan merawat hatinya dengan baik, berarti dia telah berhasil menemukan jalan menuju kebaikan. Dia memiliki kegigihan dan keteguhan hidup yang tidak dapat digoyahkan oleh rayuan apapun. Gemerlapnya perhiasan dunia tidak menjadikan dia surut untuk beribadah. Gelar dan jabatan tidak menyebabkan dia bersikap angkuh dan sombong serta berbuat semena-mena terhadap bawahannya. Kakinya ringan melangkah menuju kebajikan, berat melangkah menuju kemaksiatan. Dua matanya terfokus pada kebesaran dan keagungan Allah, terpejam dari pandangan seronok. Tangannya ringan untuk mensedekahkan sebagian harta yang dititipkan kepadanya. Dititinya tahapan kebajikan untuk mengais rahmat Allah. Hatinya selalu terpikat dan memendam rasa rindu ingin bertemu Allah. Kecintaan dan kerinduan kepada-Nya mengundang dirinya untuk rajin beramal shaleh. Ibadah dilakukan dengan khusyu’. Hatinya bergetar dikala mendengar asma Allah dilantunkan. Sementara itu, dia akan berusaha mati-matian untuk menepis riya, dengki, ujub, takabbur, dan sifa-sifat tercela lainnya bersarang di dalam hatinya. Sungguh beruntung orang yang memiliki hati yang bersih.


“Ya Tuhan kami, Jangan Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi”. (QS. Ali Imran: 8 )

Rasa syukur tiada terkirakan bahwa kita ditaqdirkan menjadi makhluk yang termulia dibandingkan dengan makhluk yang lainnya. Kemulyaan itu terletak pada beningnya hati nurani dan bersihnya akal untuk mengenal Allah Azza waJallah. Dilengkapinya manusia dengan akal agar dapat befikir akan kebesaran Rabbul ‘Izzati, dilengkapi dengan hati nurani yang jernih supaya peka terhadap keagungan Ilahi Rabbi, dan dilengkapi dengan nafsu agar manusia mampu mensyukuri karunianya ini.
Hati merupakan lentera kehidupan. Jika padam, maka tersesatlah dia. Jika cahayanya memancar terang, maka terang pula kehidupannya. Hati adalah generator yang menghasilkan listrik. Dengan listrik itulah muncul berbagai energi, seperti energi panas, energi gerak, energi dingin, energi suara, dan lain sebagainya. Hati adalah komandan anggota tubuh ini. Gerakan tubuh adalah cerminan hati. Jika baik hatinya, baik pula amalnya. Jika busuk hatinya, maka terpancar dalam prilaku tercela.
Orang yang benar-benar hatinya bersih dan berfungsi dengan baik, maka dia akan mengenali dirinya. Siapakah sejati dirinya, yang pada gilirannya dia akan mengenali Tuhannya. Karena siapa yang berhasil mengenali dirinya, maka dia akan berhasil mengenali Tuhannya. Tidak ada karunia terbesar selain hatinya peka untuk mengenali keagungan Tuhannya. Orang yang dapat mengenali diri dan Tuhannya, dia akan mengetahui bagaimana menyikapi hidup dan merasakan indahnya kehidupan. Hidup terasa berharga dan bernilai di mata Allah SWT. Dia selalu puas dengan karunia yang ada padanya. Dengan harta lebih, dia bangga jika mampu bersedekah dan berbagi dengan sesama yang kekurangan. Sedikit harta tidak membuatnya risau menjalani hidup. Yang membuatnya risau adalah dengan banyak waktu, tenaga kuat, harta melimpah, tetapi miskin amal shaleh. Orang yang telah mengenali diri dan Tuhannya adalah orang yang cukup waktu untuk terus mengingat Allah SWT dan terus melakukan renungan-renungan diri serta terus berikhtiyar sebaik mungkin dalam beramal shaleh.
Sebaliknya, orang-orang yang sepanjang hidupnya tidak mampu mengenali dirinya dengan baik, dia buta bagaimana menyikapi hidup yang sebenarnya. Dia tidak mengetahui sejati Tuhannya. Orang yang demikian itu hampir sudah dipastikan yang dia ketahui hanyalah gemerlapnya dunia. Dan hidupnya dia curahkan bagaimana meraup keuntungan dunia yang sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan bagaimana nasibnya sesudah mati. Sehingga semua motivasi hidupnya hanya diukur dengan perhiasan duniawi. Dia tidak perduli dengan tangisan janda-janda tua dan anak-anak yatim. Dia tidak ambil pusing dengan telanjangnya para du’afa’. Yang terpenting baginya adalah bagaimana semua hajat dan hasratnya terpuaskan di atas linangan air mata saudaranya. Dia segan dan menaruh hormat terhadap orang semata-mata karena kedudukan, jabatan, dan hartanya. Dia pun merasa terhormat dan mulia di mata orang karena dia merasa memiliki kelebihan harta dibandingkan dengan orang lain. Dia memandang orang lain dengan sebelah mata. Untuk memperoleh harta yang diidam-idamkan itu dia tidak memperdulikan dari mana dia memperolehnya, yang penting adalah hasratnya terpuaskan. Inilah pertanda hatinya buta. Bagi orang yang buta sejuta pelita pun tiada guna. Indah bagi orang, buruk baginya. Terang bagi orang, gelap bagi dia. Dia tidak senang melihat saudaranya mendapat kenikmatan. Dia tertawa kalau ada saudaranya kesusahan. Dia menyusuri hidup hanya meraba-raba. Hanya nafsu yang tidak terbendung yang menjadi penunjuk jalan hidupnya. Sungguh rugi dan sia-sia hidupnya.
Hati bagaikan taman. Taman akan indah jika pemiliknya menanami dengan aneka warna-warni bunga. Dia rawat taman itu dengan menyiraminya setiap hari. Dia cabuti rumput-ilalang yang dapat merusak dan mengurangi keindahan tamannya. Diapun merasa betah berlama-lama menikmati keindahan taman itu. Bahkan orang yang kebetulan melintasinya akan berhenti sejenak untuk menikmati keindahannya. Demikianlah, seseorang yang getol selaki didalam merawat hatinya, agar dia mengenali diri dan Tuhannya. Dia tanami hatinya dengan bunga keikhlasan, tawadhu’, santun, arif, kelembutan, kejujuran, malu dan sifat terpuji lainnya. Dia cabut kesyirikan, riya’, ujub, takabur, buruk sangka, dengki, iri hati, dendam dan lain sebagainya. Jikalau hatinya indah, maka akan muncul untaian kata-kata yang menyejukan hati. Jika hatinya indah, maka akan muncul prilaku yang mempesona. Buah dari keindahan hati akan tercermin dalam prilakunya mulia dalam mengisi hidup di dunia ini. Ingatlah bahwa Allah SWT sangat mengetahui lintasan hati ini. Sejatinya Dia melihat kita bukan kepada keelokan wajah kita, kesempurnaan tubuh kita, dan kekayaan harta kita, tetapi yang Dia lihat adalah hati kita. Jagalah dan rawatlah hati ini. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya tidak bakal melihat, pada rupamu, pada jasadmu ,dan pada harta bendamu, tetapi Dia bakal melihat pada hatimu dan amal perbuatanmu”. (HR. Tabrani).

Hati terus berubah-ubah. Terkadang bening, terkadang hitam. Terkadang hidup dan memancarkan sikap kearifan, terkadang muncul rupa menakutkan. Terkadang hidup, terkadang mati. Terkadang lapang dan puas, terkadang sesak-sempit dan gelisah. Terkadang qona’ah, terkadang serakah. Memang hati membutuhkan perawatan intensif. Sekali kita lengah merawat dan memanjakan hati, akibatnya bisa dilihat dalam prilaku terburuk yang tidak pernah dijumpai sebelumnya. Seorang kakek memperkosa anak di bawah umur. Seorang anak membunuh ibu kandungnya dengan keji. Penguasa mendzolimi dan merampas kesejahteraan rakyatnya. Penegak hukum membuat peraturan dan dilanggar sendiri. Banyak anak durhaka kepada orang tuanya. Kemaksiatan dicegah tak tercegah. Kedurhakaan dilarang tak terlarang. Pertikaian, perselisihan, penipuan, dan penggelapan terjadi di mana-mana. Semua masing-masing mementingkan pemenuhan nafsu belaka. Kerusakan dan bencana menerpa kaum yang durjana. Itu semua akibat hati yang tidak terawat dengan baik. Hati yang kotor akan menebarkan bangkai-bangkai berserakan. Bau busuknya menjadi bencana bagi umat manusia. Dia himpun kotor yang berserakan sehingga dia menjadi orang yang terkotor dengan perbuatan aibnya.
Aneh sekali, betapa bingungnya manusia jika listrik padam. Lebih bingung lagi jika padamnya itu lama sampai berjam-jam, berhari-hari, bahkan berminggu-minggu. Tetapi mengapa jarang sekali ada orang yang kebingungan ketika hatinya padam, gelap, kelam, dan mengeras. Lebih aneh lagi, banyak orang yang betah hidup dalam kegelapan, padahal dia hanya bisa meraba-raba dengan acap kali tersandung dan terjatuh. AA Gym - mudah-mudahan Allah merahmatinya - mengibaratkan hati yang kotor dengan kopi yang kental. Dia berkata: “Hatinya laksana kopi yang kental di dalam gelas yang kotor. Kendati diterangi dengan cahaya sekuat apapun, sinarnya tidak akan bisa menembus dan menerangi isi gelas”. Begitulah kalau seseorang hidupnya sudah terbalut harta haram dan gemar maksiat. Keadaan ini dilalui sampai ajal menjemput nyawa tanpa membawa bekal apa-apa. Ketika dia dibungkus kain kafan, lalu dimasukkan ke dalam keranda jenazah, kemudian diletakkan diliang kubur, kemudian dipendam sendirian baru dia merasakan penyesalan yang tiada arti. Kini dia merasakan kegelapan yang berkepanjangan akibat hatinya dibiarkan gelap dan padam. Jika kita merasa hati ini telah padam, maka segera carilah pelita yang dapat menyinari hati. Lakukan renungan, introspeksi diri, evaluasi dan temukan solusinya, kemudian lakukan langkah-langkah kongkrit untuk memperbaikinya, agar hati kita tetap hidup memancarkah pelita terang yang dapat menyinari hidup kita.

Salah satu upaya kita untuk merawat hati dengan memenuhi kebutuhannya seperti kita memenuhi kebutuhan jasmani kita. Caranya tambatkan hati sepenuhnya kepada Sang Pengatur dan Pencipta alam semesta. Bertaubat dari segala prilaku dosa. Tubuh terus beraktivitas dengan urusan dunia dan hati terpaut untuk sibuk dengan Allah SWT penggenggam dunia. Ini yang seharusnya dilakukan. Kita tingkatkan kewaspadaan agar hati ini tidak berpaling dari Allah SWT. Kita lepaskan balutan harta haram dari pekerjaan kita. Kita tanggalkan perbuatan dosa dari prilaku kita. Kita hiasi lisan ini basah dengan sibuk membaca kalam Allah dan dzikir kepadaNya. Kita sedikitkan tidur dan untuk tegak qiyamul laill di tengah-tengah orang-orang terlena dalam mimpinya. Kita kecilkan perut buncit kita dengan puasa. Kita dekati mereka yang telah menjadi kekasih Allah SWT. Karena, ketentraman dan kedamaian hanya milik orang yang bergantung kepada Allah Ilahi Rabbi. Kecemasan, kegelisahan, kesedihan, keletihan, kejenuhan, ketakutan, kerisauan, dan kehancuran hanya akan dimiliki orang yang hatinya terpaut pada selain Allah SWT.
Yakinlah bahwa semua ini Allah-lah Penciptanya. Dari-Nya semua berasal dan kepada-Nya akan kembali. Lakukan semua akivitas dan ibadah sebaik mungkin karena Allah bersama kita. Allah akan menyertai hamba yang mengingat-Nya. Awali motivasi amal kita dengan niat karena-Nya. Realisasikan amal itu dengan tulus ikhlas karena-Nya seakan-akan anda melihat-Nya sedang mengawasi. Tetapkan tujuan dari semua yang kita lakukan hanya mengharap keridlaan Allah SWT. Insya Allah akan berakhir dengan membawa kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Amin.
Ajak diri merenung….

Abu Bakar Ash Shiddiq ra pernah berkat:
“Kegelapan ada lima,
dan pelitanya juga ada lima.
Cinta dunia itu kegelapan, pelitanya adalah taqwa.
Dosa itu kegelapan, pelitanya adalah taubat.
Kubur itu kegelapan, pelitanya
laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah.
Akhirat itu kegelapan, pelitanya adalah amal shaleh.
Dan shirat (jembata) itu kegelapan,
pelitanya adalah iman.”
( Nasehat Bagi Hamba, h.110 )
Ajak diri berdo’a….
“Rabb,
ampuni aku dan ampuni semua hamba-Mu
yang beriman dan beramal shaleh.
Jangan biarkan hati kami padam sebab kelalaian kami,
jangan biarkan hati kami terpaut kepada selain Engkau,
Perkenankan hati kami bergantung hanya kepada Keangungan-Mu.
Kami tak kuasa membendung diri dari kemaksiatan dan dosa.
Rabb, jangan biarkan kami memakan apa yang bukan makanan kami,
jangan biarkan kami mengambil apa yang bukan hak kami,
terangilah hati ini dengan pelita keridhaan-Mu,
hiasilah hati kami dengan sifat kemuliaan-Mu.
Rabb, Penolong hamba yang merana,
lepaskan belenggu kesedihan dan duca cita kami;
Pengampun hamba yang bersalah dan durhaka,
ampuni dosa kami dan terimalah taubat kami;
Engkaulah Zat Penyayang dan Pengasih,
terimalah do’a kami.
Amin.

Read More......